Jumat, 07 Februari 2020

'di bilik-bilik takbir'




Cinta dan kasih-sayangMu mendahului kemurkaanmu. AmpunanMu mengalahkan siksaMu. Tetapi mungkin diriku ini terlalu bagaimana. Memahami kemurkaan itu melebihi kasih-sayangMu. Membentangkan    siksaMu sebagai segala-gala. Gemuruh takbirku tak mewakiliMu, namun lebih mewakili diriku sendiri. Yang gegabah. Yang acakadut. Juga yang lebih mengukuhkan keakuanku ketimbang keakuanMu.
"Tetapi sungguh, ketika diriku menyatakan cintaku padamu dulu itu..." aku berkata, padamu. Ya padamu. Perempuan yang membuatku tiba-tiba serasa memiliki seribu kumandang takbir dalam batin. "Benar-benar sebab diriku merasakan kebesaranNya di dalam-mu..."
"Huh, mestinya kau rajin berpuisi semasa kita masih pacaran Tuan. Jangan rajinnya di saat kita sudah tak berpacaran lagi?" sahutmu, datar dan biasa.
"Beh. Justru. Justru aku rajin berpuisi karena diriku semakin jatuh cinta setelah kita tak berpacaran kok..."
"Apa itu berarti, jangan-jangan sewaktu kita masih pacaran, puisi-puisimu tak muncul sebab ada lipatan perempuan lain dibilik-bilik puisimu ya??" (2016)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Slider

Kategori

Recent Posts

Unordered List

Pages

Sample Text

Theme Support